Sebagai respon atas bencana gempa bumi dan tsunami di Palu, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) mendirikan Puskor Relawan di Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu. Posko itu didirikan untuk melakukan tanggap darurat pasca bencana gempa bumi dan tsunami yang menimpa Palu.
Relawan dan bantuan Muhammadiyah mulai masuk ke Puskor Palu walau dengan berbagai tantangan yang dihadapi. Maklum keamanan kurang menjamin saat ini.
Pada hari selasa tanggal 2 Oktober 2018 Posko mendapat kabar dari Lazismu Parepare bahwa telah dikirim bantuan logistik dari Muhammadiyah Parepare melalui Kapal Laut KM Bukit Siguntang dan dperkirakan tiba pukul 17.00 WITA di pelabuhan Pantoloan Palu
Untuk penjemputan bantuan itu di pelabuhan harus disiapkan 1 unit truk. Maka relawan di Posko pun berusaha mencari truk. Namun upaya itu tidak berhasil, selain juga karena susahnya mendapat BBM di kota Palu.
Akhirnya diputuskan untuk tetap berangkat ke pelabuhan Pantoloan untuk menjemput tim dan logistik dari Muhammadiyah Parepare menggunakan satu unit ambulance, mobil satu-satunya yang bisa digunakan.
Sepanjang perjalanan menuju pelabuhan Pantoloan sangat jelas tampak kerusakan yang parah akibat tsunami yang melanda di pesisir kota Palu.
Di pelabuhan Pantoloan penjagaan terhadap bongkar muat cukup ketat. Puluhan Brimob berjaga dan akses ke areal dermaga ditutup peti kemas untuk menghadang warga yang ingin masuk ke areal bongkar muat logistik bantuan dari kapal (KM) Bukit Siguntang.
Waktu sudah petang sedangkan opsi mengangkut logistik menggunakan ambulance secara bertahap tidak mungkin karena jarak yang lumyan jauh dari pelabuhan ke Puskor. Kondisinya juga sangat beresiko karena sudah mulai malam.
Alhamdulillah akhirnya ada solusi, tim penjemput berhasil negosiasi dengan pihak Brimob yang datang dari Makassar. Brimob yang ditugaskan di Palu ini bersedia membantu mengangkut logistik Muhammadiyah.
Logistik Muhammadiyah dimasukkan ke dalam mobil ambulance Muhammadiyah dan dua truk milik Brimob. Sesaat kemudian segera bergerak secara berkonvoi dari pelabuhan dengan pengawalan 2 peleton Brimob di depan dan belakang mobil pengangkut bantuan.
Hal itu dilakukan bukan tanpa alasan karena truk Lazismu Enrekang yang tiba di Puskor MDMC Palu siang kemarin sepanjang jalan ditimpa aksi penjarahan dan pemalakan sehingga sebagian bantuan habis di jalan. Sebagai catatan apabila penjarah itu tidak diberi uang maka mereka akan merusak kendaraan pengangkut bantuan.
Komandan Brimob yang mengawal pun menyatakan sudah menerima perintah agar melakukan tindakan tegas terhadap orang-orang yang melakukan penjarahan terhadap bantuan korban gempa.
Ketika rombongan konvoi perlahan keluar dari pelabuhan Pantoloan terlihat juga KRI Makassar sedang menurunkan ribuan prajurit Marinir dan Kostrad untuk ditugaskan di Palu guna mengembalikan kondisi kota agar bisa kondusif.
Perjalanan kami dari pelabuhan pantoloan ke Puskor MdMC berjarak sekitar 25 km kami melewati jalan yang gelap gulita. Sepanjang pantai yang terlihat lalu lalang hanya mobil-mobil pasukan TNI dan Kepolisian mengangkut personil pasukan. Kota Palu sudah seperti Daerah Operasi Militer, masyrakat pun sebagian berbondong-bondong meninggalkan kota Palu karena merasa sudah tidak aman.
Ketika masuk di daerah Taipa dan Mamboro terasakan sekali situasi yang cukup membuat ciut nyali. Sepanjang 2 km semua bangunan di kiri kanan jalan habis tersapu tsunami, bahkan sebuah kapal besar juga terparkir di sebelah jalan raya.
Bau menyengat dari jenazah bisa dirasakan dalam jarak dekat, bahkan beberapa personel Brimob terlihat seperti tidak tahan mencium bau ini. Semua meyakini masih banyak jenazah yang belum dievakuasi di bawah reruntuhan terutama di kawasan ini.
Di sepanjang jalan juga terlihat banyak warga yang berdiri di pinggir jalan. Beberapa diantaranya membawa balok dan besi panjang, konvoi pun agak mempercepat laju kendaraan.
Alhamdulillah, akhirnya konvoi pun tiba dengan selamat di puskor MDMC di Unismuh Palu. Musibah gempa dan tsunami Palu membuat situasi kota Palu tidak kondusif. Penjarahan ada dimana mana, warga yang sudah jadi korban dan sulit mendpatkan bantuan kini dihantui dengan kriminalitas yang meningkat. Di sisi lain relawan yang ingin bergerak membantu pun dihadapkan pada situasi ancaman dan penjarahan terhadap bantuan yang dibawa. Memang harus diperlukan sikap kewaspadaan yang lebih tinggi.
Penerjunan ribuan pasukan di Palu diharapkan bisa menormalkan situasi kota Palu agar kerja relawan dan bantuan yang masuk serta distribusi kepada korban bisa dimaksimalkan.
Laporan @AriefRahman, MDMC/Lazismu