Saya akan awali dengan kisah tentang Icarus Dilemma. Icarus adalah seorang anak yang bersama ayahnya, dijebak oleh rajanya sendiri. Raja ini ingin menantang bukti kepintaran sang ayah dari Icarus. Raja menempatkan ayah dan anak ini ke dalam labirin yang dia buat sendiri, yang tidak ada jalan keluarnya. Mereka berdua sudah berulang kali mencari jalan keluar dari labirin tersebut, tetapi mereka tidak menemukan juga jalan keluar itu.
Kemudian, ayah dari Icarus punya ide: mereka akan membuat sayap yang dapat digunakan oleh Icarus untuk terbang meninggalkan labirin, agar berhasil lolos dari teka-teki maut sang raja. Sayap tersebut berhasil dibuat, lalu digunakan oleh Icarus sendiri. Pesan dari ayahnya adalah, jangan terbang terlalu tinggi karena bila terlalu dekat dengan matahari, maka kekuatan lem akan menurun dan sayap tersebut bisa lepas. Kalau benar-benar terjadi, maka Icarus bisa jatuh dan mungkin meninggal dunia.
Pada akhirnya, Icarus berhasil terbang meninggalkan labirin teka-teki tersebut, tapi dia akhirnya meninggal dunia karena jatuh. Sebabnya adalah, dia terbang terlalu tinggi.
Dari kisah ini,ada beberapa hikmah yang kita ambil dan sesungguhnya juga banyak dialami oleh kita semua. Kita ingin meninggalkan zona yang sekarang kita tinggali & jalani, tetapi kita terlalu takut mengambil risiko. Bahwa ada kemungkinan hal-hal buruk atau pun tidak sesuai yang kita harapkan akan terjadi, manakala kita berani mengambil risiko tersebut. Meski baru sebatas kemungkinan, tetapi kondisi ini sudah menciptakan ketakutan sendiri dan membuat kita tidak berani memilih dan mengambil keputusan itu.
Sebagai contoh meninggalkan pekerjaan tetap sebagai pegawai kantor, lalu berpindah kuadran menjadi Entrepreneur memang penuh risiko. Ada kemungkinan yang baik bahwa keberhasilan akan mendatangkan kekayaan, yang lebih besar daripada sekedar bekerja di perusahaan milik orang lain. Tetapi, ada kemungkinan juga bahwa bisnis akan mengalami kegagalan, terjebak pada hutang, serta kesulitan membiayai kehidupan rumah tangga: makan sehari-hari, kesehatan, pendidikan anak, dan lain sebagainya.
Sekarang pertanyannya – Apakahseorang entrepreneur adalah seorang yang terlahir mempunyai genetik / DNA seorang Entrepreneur ? atau ada pada etnis tertentu ?
Entrepreneur adalah satu pola pikir bukan profesi dimana menjadi entrepreneur berarti membuat ‘satu’ dari ‘nol’ atau dengan kata lain, menciptakan sesuatu yang baru atau menambahkan dari yang sudah adamenjadisesuatu yang mempunyai value edit. Dan ini, bukan bidang yang biasa dikelola oleh kelompok yang bergelut dengan rutinitas. Siapapun, termasuk mahasiswa, harus memulai pelajarannya sendiri untuk ‘meningkatkan nilai dari yang sudah ada’, atau membuat menjadi ‘ada’ sesuatu yang tadinya ‘tidak ada’.
Menjadi Entrepreneur berarti memilih untuk harus berani memilih. Risiko memang ada, tetapi risiko belum menjadi kenyataan sampai risiko itu akhirnya benar-benar terjadi. Di balik itu semua, ada secercah cahaya harapan di tengah-tengah amukan badai, bahwa dengan menjadi Entrepreneur berarti bisa mendapatkan banyak hal.
Ada tips untukmenjadi Entrepreneur – BE, DO and HAVE (Menjadi, Melakukan dan Mempunyai) Kebanyakan dari kita hanya ingin instan saja untuk langsung memiliki suatu kekayaan atau kesuksesan (HAVE) tidak mau berproses dari seseorang yang mempunyai BE kemudian DO baru HAVE. Untuk bisa menjadi (BE) berikan suatu nilai tambah terus menerus dari apa yang dikerjakan, harus mempunyai sikap / habit dan disiplin, dan lakukankanlah (DO) dengan menunda kesenangan, lakukan alokasi aset yang benar yang akan menambah nilai aset. Akhir dari semua itu adalah mempunyai (HAVE) dari seluruh hasil yang sudah dikerjakan tadi.
Jadisetiap orang darikitamemilikiDNA Entrepreneur – setiap kita bisa menjadi seorang pengusaha, asal kita bisa mendisplinkan diri pada apa yang bisa kita kerjakan dengan baik dan lakukan tips diatas, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang “Excelent” di kemudian hari
Budi Suryanto, Business Accelerator & Founder Narana Group