Semangat Memberikan Pertolongan Terbaik Kepada Pengungsi Erupsi Gunung Agung di Bali.

Pasar Seni Manggis, menjadi Posko Muhammadiyah. Setidaknya itu yang tampak ketika saya melakukan kunjungan singkat ke Posko MDMC sekaligus mengantar Ambulan dan para relawan Lazismu dari Jawa Timur. Memang ada banyak Posko Pengungsian di Kecamatan Manggis Karangasem Bali. Menurut Mbak Sarni, Relawan Wanita Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), ada 13 Posko, tentu belum lagi dari Kecamatan lain.
Artinya kalau kita mengelola satu Posko saja maka tentu terasa kecil atas upaya yang kita lakukan tetapi setidaknya kita telah memulai melakukan pengabdian dan pelayanan, selalu peduli dan suka berbagi.
Relawan dari Muhammadiyah memilih di Posko Manggis yang notabene sangat minim pengungsi muslimnya dari 700an orang lebih pengungsi. Kenapa bisa seperti ini ? Ini yang sesungguhnya menarik, yang akan saya ceritakan kemudian.
Siang di akhir bulan September 2017 itu sepertinya Mbak Sarni sengaja ‘menghajar’ saya. Dengan waktu yang sangat singkat itu ia mengajak sekaligus memaksa saya untuk mengunjungi 4 Posko lain di kecamatan itu. Yang menarik bagaimana para Relawan Muhammadiyah bisa menempati Posko Pasar Seni Manggis dengan fasilitas yang sangat komplit, diantaranya ruang khusus laktasi, ruang belajar dan bermain anak, Dapur Untuk anak (Mobil khusus untuk memasak masakan). Padahal dapur ini milik BNPB Jatim yang semua fasilitasnya dipakai menyatu dengan para relawan Muhammadiyah. Bahkan petugas BNPB-nya saja dengan bangga memakai kostum MDMC – Lazismu. Banyak turis asing di Bali yang memberikan bantuan sebagai tanda berempati.
Semuanya itu tidak terlepas dari sentuhan MDMC Pusat yang sungguh sudah sangat mafhum dengan urusan kebencanaan. Bahkan MDMC menjadi rujukan instansi-instansi Pemerintah setempat dalam pengelolaan kamp pengungsian.
Ketika para Relawan Muham-madiyah mensetting sekaligus menata dan merapikan Posko Pengungsian al-Hikmah, yang di tempat ini ada Masjid dan komunitas Muslimnya, maka Posko tersebut menjadi lebih tertata dan teratur. Walau kemudian MDMC dan Lazismu lebih memilih pindah ke Posko Pasar Seni Manggis karena banyak Lembaga Sosial lain masuk kesitu karena sudah tertata rapi.
Begitu nampak jelas spirit yang ditanamkan oleh alm. K.H. Ahmad Dahlan seabad yang lalu melalui PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem). Begitu merasuk kepada seluruh kader pejuang Muhammadiyah yang dalam melakukan pertolongan tentu tidak perlu melihat ras, suku, dan agama.
Lebih baik menjauhi hiruk pikuk dengan praktek kerja nyata daripada banyak retorika. Itulah wujud Muhammadiyah dalam bertoleransi sekaligus mempraktekan humanisme. Seringkali kita menghindari hiruk-pikuk dan euforia dalam pengabdian dan pelayanan. Sudah biasanya kita sering jauh dan sepi dari publikasi media.
Sejak mulai menuliskan cerita ini, tak hentinya air mata saya meleleh. Sungguh ini karunia yang luar biasa dariNya, sebuah pembelajaran nyata di depan mata bahwa ada banyak orang hebat di Muhammadiyah. Sungguh sangat memalukan kalau keberadaan kita di Muhammadiyah tidak menoreh-kan prestasi dan manfaat apalagi hanya untuk sekedar memperpanjang Daftar Riwayat Hidup. Semangat berjuang dan semoga rahmat dan keberkahanNya senantiasa mengiringi kita semua.
drh. Zainul Muslimin, Ketua Lazismu wilayah Jawa Timur