Hal itu sejalan dengan semangat al-Maun dan PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) yang dijalankan oleh Muhammadiyah. Semangat menolong kaum dhuafa menjadi salah satu inspirasi K.H. Ahmad Dahlan dalam mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah, disamping ingin memajukan pengajaran dan pendidikan Islam.
Semangat tolong-menolong ini harus lebih ditingkatkan dengan mewujudkan kepedulian terhadap semua lapisan masya-rakat dan semua warga dhuafa baik yang berada dalam kondisi fisik normal maupun berkebutuhan khusus.
Salah satu bentuk kepedulian yang saat ini membutuhkan perhatian lebih mendalam adalah warga Disabilitas, terutama yang berada pada level masyarakat bawah. Mereka adalah warga yang berkekurangan secara fisik, baik cacat pada tubuh, indera pengelihatan, indera pendengaran, hingga cacat secara kejiwaan dan mental, jelasnya.
Alhamdulillah, saat ini banyak instansi dan lembaga sosial, baik pemerintah, swasta maupun non pemerintah yang menaruh perhatian pada warga Disabilitas. Sudah banyak bantuan diberikan baik berupa sumbangan barang maupun pendampingan hingga perawatan. Bantuan yang sering diberikan biasanya kursi roda, alat bantu berjalan, kaki/tangan buatan dan sebagainya.
Bagi Lazismu, saat ini masih ada yang harus lebih ditingkatkan lagi, yakni perhatian pada warga Disabilitas yang bermasalah dalam indera pengelihatan dan indera pendengaran. Pada kasus ini menurutnya justru lebih rumit dan membutuhkan perhatian yang ekstra.
Oleh karena itu harus ada peran yang lebih besar Lembaga Amil Zakat guna menaruh perhatian lebih pada warga Disabilitas yang dhuafa dan fakir miskin, mengingat untuk menangani hal ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Imam Fauzi, Pengusaha Alat Kesehatan dan Anggota Pengurus Lazismu Jatim