Inilah yang disebut multiple effect dalam pembangunan desa. Merden Ecoprint, program pemberdayaan ekonomi Merden Ecoprint segera memasuki pengembangan tahap ketiga dan keempat. Setelah membangun unit usaha konveksi, Merden Ecoprint akan membangun unit produksi tenun dan jasa desa wisata.
Dengan demikian, di Merden Ecoprint akan memiliki empat unit usaha:
1. Unit produksi tenun
2. Unit produksi kain ecoprint
3. Unit produksi konveksi
4. Unit jasa desa wisata
Unit produksi tenun akan dimulai karena memperoleh sumbangan satu unit alat tenun bukan mesin (ATBM) dari Bu Wanti Sun, CEO Dapur Rumput Laut. Bu Wanti pula yang akan melatih warga desa Merden dan Mertasari agar bisa menenun kain. Kelak, operator alat tenun itu bisa menjadi pelatih bagi wisatawan yang ingin belajar menenun.
Unit produksi kain ecoprint sudah berjalan sejak dua bulan lalu dengan pengrajin sebanyak 92 orang. Mereka adalan ibu-ibu rumah tangga warga Desa Merden dan Mertasari. Setelah melalui pelatihan, para pengrajin sudah bisa menghasilkan karya-karya yang bagus. Produksnya sudah dipromosikan melalui dua event internasional dan satu event nasional.
Unit produksi konveksi dibangun untuk memenuhi permintaan pasar yang menginginkan busana jadi yang praktis. Permintaan itu datang dari para pengunjung setiap pameran. Pengadaan alat-alat konveksi dilakukan secara mandiri dari hasil penjualan produk ecoprint itu sendiri.
Unit jasa desa wisata dipersiapkan karena mulai ada orang yang ingin datang ke Merden dan Mertasari untuk belajar ecoprint. Pada bulan Desember ini akan ada beberapa rombongan dari Jakarta, Bandung, Surabaya dan Lombok.
Saat ini warga tengah menyiapkan sebuah rumah untuk menjadi homestay. Diharapkan para tamu yang akan belajar bersedia menginap di homestay dan menikmati kuliner khas pedesaan seperti gethuk, thiwul dan nasi jagung yang dimasak oleh chef dari desa setempat. Dengan bahan pangan yang berasal dari sawah dan kebun masyarakat lokal.
Warga yang memiliki mobil juga sudah siap memberikan layanan jemput dan antar para tamu mulai dari Stasiun Kereta Api Purwokerto hingga mengunjungi aneka objek wisata menarik seperti Baturaden hingga Dieng.
Program pemberdayaan ekonomi Merden Ecoprint didesain Lazismu dengan dana CSR Wardah Cosmetic senilai Rp 237 juta. Dana tersebut direncanakan untuk set up program pada tahap pertama. Ternyata, hingga pengembangan tahap keempat, dana yang terpakai baru mencapai Rp 100 juta.
Bayangkan kalau dana desa yang nilainya Rp 1 miliar per tahun itu bisa dimanfaatkan untuk program pemberdayaan ekonomi, pasti akan banyak warga desa yang segera berubah pola pikirnya. Sayangnya, dana desa masih lebih banyak digunakan untuk pembangunan fisik.
Dana desa berhasil mengubah wajah desa. Tapi belum berhasil mengubah mindset warganya.(jto)
[divider]
Joko Intarto, Badan pengurus Lazismu pusat.