BERPACU DENGAN WAKTU..! HUJAN deras mengguyur sejak menjelang tengah malam. Areal galangan kapal Young Marine di Cilincing pun tergenang. Meski bukan banjir, kondisi itu cukup merepotkan.
Dini hari tadi, seluruh karyawan Young Marine tengah menyiapkan pemindahan Klinik Apung Said Tuhuleley dari galangan menuju pantai yang berjarak sekitar 2 kilometer.
Empat kru dokumentasi video Lazismu berada di antara mereka untuk mengabadikan detik-detik pemindahan kapal hingga diceburkan ke laut.
Video ini akan diperlihatkan kepada Presiden RI saat peresmian Klinik Apung Said Tuhuleley di arena Tanwir Muhammadiyah di Ambon, Maluku, 24 Fwbruari 2017.
Sebagaimana rencana awal PP. Muhammadiyah, dalam rangka melayani kaum dhuafa, Muhammadiyah membangun Klinik Apung yang diberi nama “Said Tuhuleley”. Klinik apung ini dibangun di atas sebuah kapal pesiar yang berukuran 3,5 meter x 15 meter. Klinik ini akan memberi pelayanan kesehatan kepada kaum miskin di wilayah kepulauan Maluku hingga Papua secara periodik.
Pembangunan klinik apung “Said Tuhuleley” itu dilakukan di sebuah galangan kapal di kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Pembangunannya menghabiskan dana sekitar Rp. 2 miliar. Biaya tersebut hanya meliputi konstruksi kapal, belum termasuk peralatan dan medisnya. Sumber dana diperoleh dari masyarakat yang menyalurkan donasinya melalui Lazismu. (JTo/Lazismu Pusat)
KLINIK APUNG JADI “ANAK ANGKAT” NOMOR 81
Mengelola sebuah kapal ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Banyak yang mengira mengurus kapal itu seperti mengurus mobil saja.
Ternyata tidak sesederhana itu. Aspek risiko terhadap kapal dan penumpang kapal jauh lebih tinggi ketimbang angkutan darat. Karena itu, Klinik Apung Said Tuhuleley harus dimanajemeni secara teknik oleh orang yang ahli.
Beruntung, ada Pak Ken Narotama yang secara sukarela menyediakan diri untuk membantu mengelola. Klinik Apung Said Tuhuleley akan dijadikan “anak angkat” Pak Ken sehingga perawatan dan perbaikannya terjamin sepanjang usianya.
Siapa Pak Ken? Sebenarnya dia terlalu muda dipanggil “Pak”. Usianya baru 40 tahun. Penampilannya masih seperti anak muda. Pak Ken adalah komisaris PT Samudera Indonesia, salah satu operator pelayaran nasional yang terbesar.
PT Samudera Indonesi didirikan seorang pengusaha pribumi, Soedarpo Sastrosatomo yang dijuluki raja kapal Indonesia. Pak Ken merupakan cucu Pak Soedarpo.
Samudera Indonesia mengoperasikan kapal sebanyak 80 buah di seluruh Indonesia. Dengan status “anak angkat”, Klinik Apung Said Tuheley akan menjadi armada ke-81.
“Klinik Apung Said Tuhuleley bisa menggunakan semua fasilitas, jaringan kantor pelanan dan karyawan PT Samudera Indonesia di seluruh Nusantara untuk membantu semua kesulitan tekniknya,” kata Pak Ken ketika berkunjung ke kantor pusat Lazismu, Kamis pagi kemarin.
Perhatian Pak Ken kepada Lazismu bukan baru sekali ini. Sejak memimpin perusahaan distribusi gas di Jawa Timur, Pak Ken juga telah menyalurkan donasi perusahaan melalui Lazismu. Meski Pak Ken sudah tidak memimpin lagi, kegiatan donasi perusahan tersebut masih berjalan. Tahun ini, genap 8 tahun perusahaan tersebut menyalurkan dana sosialnya melalui Lazismu. Awalnya hanya terbang ratus juta rupiah. Sejak tiga tahu terakhir sudah berbilang miliar rupiah.
Alhamdulillah. Selalu ada jalan untuk niat baik.
(JTo)