Menuju akhir tahun 2017 mimpi buruk terjadi di Pacitan. Daerah dengan banyak kawasan perbukitan itu dilanda bencana alam. Banjir dan tanah longsor terjadi pada hari selasa 28 November 2017. Dengan hujan yang sangat deras dan gelombang tinggi. Jalur dan akses jalan raya tergenang banjir. Air menggenang dimana-mana setinggi 20 – 1 meter. Banyak jalur menuju Pacitan yang terputus. Sementara itu juga terdapat belasan korban jiwa yang tertimbun tanah longsor. Sistem Komunikasi saat itu terputus dan dilakukan pemadaman listrik. Lokasi pengungsian sementara ada di GOR Pacitan, gedung Karya Darma dan Masjid Sinorboyo.
Saat itu sungai-sungai meluap menyebabkan ribuan rumah terendam banjir. Banjir meluas terjadi 13 desa di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Pacitan (Desa Sirnoboyo, Desa Sukoharjo, Desa Kayen, desa kembang, Desa Ploso, Desa Arjowinangun, Desa Sidoharjo), Kecamatan Kebon Agung (Desa Purworejo, Desa Banjarjo, Desa Kebon Agung), dan Kecamatan Arjosari (Desa Pagutan, Desa Jatimalang, Desa Arjosari). Jalan lintas selatan lumpuh total.
Banjir dan longsor yang menerjang Kabupaten Pacitan menyebabkan 20 orang meninggal dunia. Ke-20 korban meninggal dunia terdiri dari 16 orang akibat tertimbun tanah longsor dan 4 orang hanyut terbawa banjir. Korban longsor berasal dari Desa Klesem, Kecamatan Kebonagung sebanyak 7 orang dan dari Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo sebanyak 2 orang, sisanya dari desa lainnya di Pacitan. Hingga seminggu pasca banjir bandang beberapa korban meninggal akibat longsor itu belum dapat dievakuasi. Sulitnya akses menuju lokasi dan tingginya intensitas hujan, menjadi kendala. Setelah datang bantuan alat berat, korban bisa dievakuasi.
Warga yang terdampak lebih dari 4.000 jiwa segera dievakuasi. 1.879 orang pengungsi di Kecamatan Pacitan ditempatkan di GOR Pacitan, Masjid Sirnoboyo dan gedung Karya Dharma.
Cuaca ekstrem yang terjadi akibat pengaruh Siklon Tropis Cempaka telah menyebabkan bencana banjir, longsor dan puting beliung. Daerah Pacitan yang paling dekat dengan siklon tropis Cempaka sehingga menimbulkan banjir dan longsor. Sebelumnya BMKG telah menyampaikan peringatan dini adanya siklon tropis Cempaka yang berada di perairan sekitar 32 km sebelah selatan-tenggara Pacitan Provinsi Jawa Timur. Kekuatan siklon 65 km per jam pada Selasa (28/11/2017). Dampak dari siklon tropis Cempaka adalah cuaca ekstrem seperti hujan deras, angina kencang, dan gelombang tinggi di Jawa dan Bali.
Segera saja bantuan dan pertolongan datang dari berbagai pihak, beberapa instansi Pemerintah, PMI, BPBD, TNI, Polri, Tagana dan para relawan dari LAZ, Ormas, komunitas, kepanduan dan perkumpulan. Posko-posko berdiri di berbagai titik-titik kawasan lokasi bencana. Sementara proses evakuasi korban dan pengungsi terus dilakukan.
AUM Terdampak
Menurut Laporan MLHPB/MDMC PWM Jawa Timur, banjir bandang di Pacitan juga berdampak pada Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Sebanyak 4 TK ABA (Aisyiyah Bustanul Athfal) terdampak, kebanyakan alat elektronik rusak dan buku-buku beserta sarana administrasi hanyut terbawa banjir. Sebanyak 17 Sekolah (SDM/MIM, MtsM dan SMAM) juga terkena banjir, dengan kerugian pada sarana administrasi dan komputer. Demikian pula dengan Masjid dan Musholla Muhammadiyah di beberapa kawasan tak luput dari terjangan banjir bandang.
Klinik PKU Muhammadiyah Pacitan juga ikut terendam banjir. Banyak alat kesehatan dan peralatan elektronik pendukung medis mengalami kerusakan cukup parah dan beberapa diantaranya hilang. Ketika banjir melanda, ruang lantai dua digunakan sebagai tempat pengungsian warga. Ketika banjir reda, lantai satu dibersihkan dan ditata kembali untuk digunakan sebagai Posko pelayanan kesehatan, sementara lantai dua tetap untuk penampungan pengungsi.
Saatnya Masa Rehabilitasi
Sebulan lebih pasca bencana, kini saatnya langkah rehabilitasi dan rekonstruksi harus dilaksanakan. Masa tanggap darurat sudah lama dicabut dan semua pihak yang masih terlibat dalam penanganan bencana diarahkan pada upaya perbaikan dan pembenahan, baik fisik maupun non fisik. Walau demikian bantuan dan sumbangan dalam bentuk logistik bahan makanan dan pakaian serta peralatan lainnya yang ada di berbagai Posko tetap harus disalurkan kepada sasaran penerima yang tepat.
Muhammadiyah, dalam masa pasca tanggap darurat akan menitikberatkan pada rehabilitasi non fisik. Untuk rehabilitasi fisik tetap diupayakan dengan bantuan dari berbagai pihak. Pekerjaan pembersihan sisa-sisa sampah dan kotoran pasca bencana masih terus berlanjut. Oleh karena itu masih dibutuhkan banyak Relawan.
Menurut Suprayitno, PDM Kab. Pacitan, program rehabilitasi non fisik yang akan dilaksanakan oleh Muhammadi-yah adalah kegiatan terapi dan trauma Healing bagi warga terdampak. Upaya yang dilakukan adalah pemulihan jiwa dan semangat warga agar tidak terpuruk dalam kesedihan dan keputus-asaan karena ditimpa bencana. Slogan “Pacitan Bangkit dan Kuat Kembali” harus benar-benar menjadi spirit pada masa rehabilitasi ini. Tentunya kegiatan yang terprogram dengan sistematis dan terarah dibutuhkan agar tujuan pemulihan bisa tercapai.
Selain itu, lanjut Suprayitno, juga akan diupayakan renovasi dan relokasi hunian tetap pada warga yang berada di kawasan terdampak cukup parah. Untuk hal ini tetap bersinergi dengan berbagai instansi Pemerintah karena berkaitan dengan penyediaan lahan, regulasi dan anggaran yang harus disediakan. Dalam hal ini Muhammadiyah akan mengawal agar hunian tetap dapat terwujud.
Peran serta Majelis dan Lembaga di Muhammadiyah dalam program-program rehabilitasi pasca bencana ini sangat diperlukan. Jika MDMC berjibaku ketika bencana datang, maka pasca bencana kiprah Majelis dan Lembaga Persyarikatan sangat dinantikan. Untuk rehabilitasi AUM kesehatan, Lazismu telah bersinergi dengan MPKU PWM Jatim untuk membenahi Klinik PKU Muhammadiyah Pacitan, terutama dari segi penga-daan alat-alat yang rusak. Selain itu Lazismu juga bersinergi dengan Majelis Tabligh untuk kegiatan dakwah dan tabligh ser-ta revitalisasi fungsi Masjid dan Musholla. Sedangkan rehabili-tasi mental dilaksanakan oleh kalangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Semoga Pacitan Kembali Kuat. (Adit).