Gadis kecil ini bernama Nova Kayla Anggraini, dari Ketapang, Banyuwangi. Panggilan sehari-hari adalah Kayla. Usianya 11 tahun, namun tubuh dan kejiwaan Kalya tak ubahnya seperti anak berumur 5 tahun. Kayla tinggal bersama kedua orang tua angkatnya di sebuah rumah di dusun Pancoran, desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi.
Ibu kandung Kayla bernama Fika, pendatang asal daerah lain, ayahnya bernama Herman. Ayah dan ibu kandung Kayla kini entah berada dimana, tak diketahui keberadaanya. Menurut penuturan Sriyatun Windarti, Ibu angkat Kayla saat ini, Ibu kandung Kayla pergi entah kemana dan meninggalkan Kayla begitu saja. Sang ayah seorang Sopir Bus juga tak diketahui dimana rimbanya.
Fika, Ibu kandung Kayla, sempat bekerja pada Yani Yati, kakak ipar Sriyatun yang punya usaha kedai atau warung di dekat pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Ia pun dan juga tinggal disitu. Namun hanya beberapa tahun ia bekerja, entah mengapa, Fika pergi tanpa pamit dan tidak memberitahu kemana ia akan menuju. Kayla yang kala itu masih balita ditinggalkan sendiri di rumah Yani Yati.
Demikian pula dengan ayah Kayla, entah bagaimana kabar dan dimana tinggalnya, tidak ada seorang pun yang tahu dengan pasti. Sebagaimana diceritakan oleh Sriyatun, ibu angkat Kayla, konon pada suatu ketika terdengar kabar dari seorang teman, jika Ayah Kayla sudah tiada karena sebuah kecelakaan, walau kebenaran informasi itu perlu dikonfirmasi lebih lanjut.
Yani Yati akhirnya merawat dan mengasuh balita Kayla. Namun beberapa tahun kemudian, Yani Yati meninggal dunia karena sakit keras. Kayla pun diangkat anak oleh Sriyatun, adik iparnya. Sriyatun bersama suaminya adalah seorang pemelihara ternak Sapi di desanya. Sriyatun dan suami sendiri telah mempunyai cucu dari seorang anaknya yang sudah berkeluarga.
Karena keterbatasan yang ada pada dirinya, Kayla tidak begitu tahu dan mengerti mengapa kisah seperti itu harus terjadi. Terlalu rumit bagi Kayla kecil untuk mengerti semua yang terjadi pada diri dan kedua orang tua kandungnya. Pada saatnya kelak, Kayla akan mengerti dan memahaminya. Meskipun banyak kabar dan cerita beredar tentang kedua orang tua kandungnya, namun yang jelas saat ini Kayla merasa senang, gembira dan nyaman tinggal bersama ayah dan ibu angkatnya, yang merawat dan mengasuhnya bagaikan anak sendiri.
Kayla adalah gadis difabel, yang berjalan dengan sepasang alat bantu karena kedua kakinya sudah invalid semenjak ia lahir. Jika tanpa bantuan alat berjalan ia hanya bisa merambat untuk berpindah dari satu posisi ke posisi lainnya. Kedua kakinya seakan tak mempunyai kekuatan untuk menyangga tubuhnya yang kecil. Menurut Sriyatun, kedua kaki Kayla lemah dan sering merasa lelah, bahkan terasa sakit jika hanya duduk berdiam. Oleh karena itu Kayla sangat aktif bergerak dan tak bisa diam.
Yang lebih menyedihkan, ternyata gadis mungil ini juga terkendala serius dalam pendengaran dan berbicaranya. Ia bisu tuli, juga semenjak lahir, yang mengakibatkannya sangat kesulitan dalam berkomunikasi dengan siapapun. Ia tak bisa mendengar dan sulit berbicara layaknya gadis normal lainnya. Pendek kata ia adalah anak tuna rungu dan tuna daksa.
Namun Kayla adalah gadis yang ceria, aktif bergerak, tak bisa diam, bersemangat, banyak senyum dan tanggap jika diajak berinteraksi. Toosss, Kayla suka diajak untuk mengekspresikan kegembiraan dengan mengadu telapak tangannya dengan telapak tangan teman atau orang yang diajaknya berinteraksi. Keaktifannya juga sering merepotkan ayah dan ibu kandungnya, karena jika sudah bermain dengan teman-teman sebayanya, ia seakan ingin berkelana jauh dan lupa untuk pulang ke rumah.
Oleh sebuah komunitas Literasi Indonesia, kehidupan Kayla pernah difilmkan secara pendek melalui media youtube, dua tahun silam. Potret Kayla kecil yang ceria, semangat, aktif, lincah dan tidak pernah diam dengan segala keterbatasan yang ada pada dirinya. Semangatnya begitu besar untuk bisa bersekolah, namun karena kondisinya tidak memungkinkan Kayla bisa bersekolah di sekolah pada umumnya. Kayla harus bersekolah di sekolah yang menerima peserta didik dengan kebutuhan khusus.
Oleh orang tua angkatnya Kayla dimasukkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) swasta di kotanya. Betapa gembiranya Kayla karena ia bisa pergi sekolah seperti anak lainnya, menambah ilmu pengetahuan serta mempunyai banyak teman, disamping teman mainnya di kampung. Setiap hari Kayla merasa senang dan gembira bisa diantar oleh ibu angkatnya pergi ke sekolah dan menjemputnya ketika jam pulang tiba.
Di SLB itu, meski tak bisa mendengar dan bicara, Kayla banyak mendapatkan pelajaran dari gurunya yang telaten dan sabar mengajarnya. Kayla pun pernah memainkan sebuah drama dalam pentas seni bersama teman-teman sekolahnya yang juga sesama anak berkebutuhan khusus, walau tidak seperti Kayla.
Satu keinginan dari Kayla yang ia sering ungkapkan kepada ibu angkatnya melalui bahasa isyarat, bahwa ia ingin bisa mengaji seperti teman-temannya di sekolah. Tentu merupakan persoalan tersendiri bagi Kayla untuk bisa mengaji, karena masalah pendengaran dan komunikasi bicaranya yang terkendala. Butuh alat bantu bagi Kayla untuk bisa mendengar dengan baik, setidaknya mampu menerima suara dan merespon komunikasi dari orang lain.
Sebenarnya Kayla pernah mendapat Alat Bantu Mendengar (ABM) dari seorang donatur. Namun karena sesuatu hal, alat itu rusak dan tidak bisa dipakai lagi. Kayla yang masih dalam kondisi belum bisa bicara dan mendengar secara normal menjadi kesulitan untuk meningkatkan kualitas komunikasinya. Sehingga ia hanya bisa berinteraksi dengan bahasa isyarat kepada orang yang mengerti saja.
Mengetahui hal itu Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah (LAZISMU) Jawa Timur beserta jaringan struktural LAZISMU di Banyuwangi, merasa berkewajiban membantu memfasilitasi Kayla agar ia bisa mendengar dan berkomunikasi dengan normal. Melalui program INDONESIA MENDENGAR Kayla mendapatkan bantuan satu set Alat Bantu Dengar dengan tipe dan kualifikasi yang sesuai dengan kondisi indera pendengarannya.
Setelah melalui berbagai assessment dan komunikasi dengan orang tua angkat Kayla, maka pada tangga 27 Oktober 2020 Kayla dihadirkan ke kantor LAZISMU wilayah Jawa Timur, Gedung Muhammadiyah Jatim di Kertomenanggal IV/1 Surabaya. Kayla bersama Sriyatun, ibu angkatnya hadir ke kantor LAZISMU guna melakukan pengukuran dan pencetakan serta setting Alat Bantu Menengar.
Perjalanan jauh selama 7 jam naik kereta api ditempuh oleh ibu dan anak ini untuk bisa sampai di kantor LAZISMU Jatim. Alat Bantu Mendengar dengan kualifikasi khusus yang sesuai dengan kondisi indera pendengaran Kayla hanya bisa diperoleh di Surabaya. Alat itupun harus inden karena merupakan produk impor.
Di kantor LAZISMU Jatim telah menunggu Budi Sarwono, ahli Alat Bantu Dengar dari Xtra Medika Surabaya. Setelah beristirahat sebentar, kemudian selama setengah jam Kayla dengan sabar menjalani pengukuran dan pengesetan Alat Bantu Dengar. Untuk sementara Kayla dipinjami Alat Bantu Dengar milik Xtra Medika, sambil menunggu Alat Bantu Dengarnya jadi, seminggu lagi.
Sebelum pulang LAZISMU juga memberikan bingkisan dan tas sekolah beserta alat tulis plus menggambar kepada Kayla. Tak lupa sebuah kitab al-Qur’an dan buku do’a-do’a juga diberikan kepada gadis imut yang berkeinginan kuat untuk bisa mengaji ini.
“Maaa aaa cii” ucap sepatah kata dari Kayla sambil tertawa riang menerima kitab al-Qur’an dan bingkisan lainnya dari LAZISMU. Kata itu walau terasa tidak sempurna bagi kita yang mendengarnya, namun diucapkan oleh Kayla dengan berusaha kuat dan tetap gembira.
“Terima kasih untuk semuanya. Semoga segala amal kabaikan bapak dan tim LAZISMU dibalas oleh Allah SWT dan bermanfaat bagi Kayla. Semoga bapak dan tim LAZISMU selalu sukses di dunia dan akhirat. Aamiin” ucap Sriyatun, ibu angkat Kayla, ketika berpamitan dari kantor LAZISMU Jatim.
Sore itu Kayla bersama ibu angkatnya diantar ke rumah saudara di Sidoarjo sebelum besoknya kembali ke Banyuwangi. Untuk penyerahan Alat Bantu Dengar yang sudah jadi dan keperluan maintenance selanjutnya akan dilakukan oleh tim LAZISMU Banyuwangi.
Imam Fauzi, P.I.C. program INDONESIA MENDENGAR LAZISMU Jatim, menyatakan bahwa melalui program ini mempunyai maksud dan tujuan untuk memberikan alat bantu dengar bagi penderita gangguan pendengaran dari mulai usia anak hingga dewasa pada keluarga tidak mampu.
Menurut Imam FauziÂ
Di lain sisi, tambah Imam, masih ada beberapa rangkaian penganganan lanjutannya, seperti : program Re/Habilitasi (Terapi Mendengar & Bicara), Pemerikasaan berkala, Tumbuh kembang (anak) dan sebagainya.
Nah untuk itu LAZISMU mengajak donatur dan Muzaki yang terketuk hati dan mau berpartisipasi dalam program-program kebermanfaatan bagi warga disabilitas atau difabel, yang salah satunya adalah program INDONESIA MENDENGAR. Tentunya kita berharap agar Kayla-kayla lainnya bisa terbantu indera pendengarannya dan bisa hidup layaknya anak normal lainnya.
[divider]
SUKSESKAN program INDONESIA MENDENGAR..
Donasi program INDONESIA MENDENGAR bisa ditransfer ke rekening LAZISMU Jatim :
- Bank Syariah Mandiri No. 9000 005 557
- Bank Muamalat No. 7710 015 631 a.n LAZIS MUHAMMADIYAH JAWA TIMUR (INFAQ DAN SEDEKAH)
- CIMB Niaga Syariah No. 861 777 777 500 a.n. LAZISMU JAWA TIMUR
- Bank Jatim Syariah No. 6141 919 191 a/n Lazismu Jatim Infaq
- Konfirmasi transfer ke WA :Â 08123158446 dan 0856-4610-3255
[divider]
[divider]
http://www.lazismujatim.org/?page_id=6865